![]() |
WAISAI,Media Buser Bima –
Direktur AFU Center Muliansyah Abdurrahman menanggapi polemik calon lawan kotak
kosong bukan bagian dari proses demokrasi di beberapa media, karena praktek
tersebut tak memiliki lawan tanding, Sabtu (5/9/2020).
Menurut Muliansyah dalam melihat polemik tersebut dan
seluruh partai politik yang di borong oleh petahana kabupaten Raja Ampat Abdul
Faris Umlati dan menghadirkan calon tunggal alias lawan kota kosong dianggap
tidak demokratis tak memiliki dasar.
“Kata siapa Lawan Kotak Kosong bukan demokrasi, ini diatur
dalam konstitusi, kalau ada yang komentar bilang bukan demokratis, berarti dia
lawan konstitusi dan inkonstitusional, justru adanya fasilitas kotak kosong
inilah menjawab adanya mekanisme ketatanegaraan”. Ujar Muliansyah saat ditemui
Media.
Muliansyah melihat justru kenapa di Raja Ampat hanya satu
satunya calon yang di SK kan oleh semua partai politik, karena partai politik
tahu bahwa ini aspirasi masyarakat banyak di Raja Ampat.
“Ya, inilah kecintaan masyarakat terhadap pemimpin daerahya,
sehingga jangan heran bila hampir 100 % rakyat Raja Ampat mendukung sepenuh
hati, lewat partai – partai politik mereka masing – masing, jadi stop
berpolimik dengan kotak kosong yang tidak demokratis, karena kota kosong hanya
fasilitas, tapi substansinya dan faktanya Rakyat Raja Ampat masih mencintai
sosok Abdul Faris Umlati” Ujar Muliansyah yang Juga Kandidat Doktor Politik
Universitas Nasional.
Survei politik dari sejumlah lembaga survey LSI, Sinergy,
Indobarometer, dan Pasifik Resources menunjukkan bahwa Abdul Faris Umlati
tingkat elektabilitasnya sangat tinggi, belum lagi akhir – akhir ini lembaga
Survei Pasifik Resources memberikan rilis kepada media bahwa 92 % menjawab
Abdul Faris Umlati harus melanjutkan kepemimpinanya di periode 2020 – 2025.
Tutup
Bang Buser BB 01